Tuesday, July 7, 2015

Pentingnya Keselamatan dalam Desain Perumahan

Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan ditengah pesatnya pembangunan saat kini adalah soal kebutuhan akan perumahan. Rumah menjadi sorotan utama, karena kebutuhannya di Indonesia sampai dengan tahun 2008 hampir mencapai 8,6 juta. Sementara kemampuan pihak pemerintah maupun swasta untuk memenuhinya hanya mencapai 800 ribu setiap tahun.
 
Tapi, kali ini kita bukan membahas soal pertumbuhan perumahan, namun lebih pada perjalanan usaha pemenuhan kebutuhan akan perumahan itu. Pemerintah melalui proyek rumah susun (rusun) dan rumah susun sederhananya (rusuna) atau pihak swasta dengan berbagai ide perumahannya, acapkali mengabaikan beberapa kebutuhan mendasar yang sangat penting, yakni keamanan atau keselamatan.
 
Berkaitan dengan masalah keselamatan dan keamanan, dewasa ini cenderung kurang diperhatikan pengamanan pada bangunan perumahan khususnya yang dirancang bertingkat (rumah susun atau apartemen), sehingga banyak menimbulkan kecelakaan terutama pada anak-anak penghuni sekitarnya. Pola penyusunan massa bangunan dan jalan, juga memiliki indikasi yang membahayakan bagi anak-anak.
 
Kesalahan Besar 
Dalam sebuah perancangan bangunan bertingkat tinggi, penerapan lantai typical merupakan langkah paling efektif dan efisien. metode ini merupakan suatu hal yang lumrah digunakan, terutama bagi desain kantor, rumah susun atau apartemen untuk kemudahan dalam utilitasnya, seperti seperti pipa-pipa air, AC, mechanical electrical, tangga kebakaran dll.
 
Namun, masalahnya para arsitek –sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam pembangunan -sering melupakan satu faktor utama dari sebuah proses perancangan, yaitu siapa yang kemudian akan menjadi pengguna bangunan tersebut. Kadangkala desain kantor disama ratakan dengan desain sebuah rumah susun atau apartemen. Mereka lupa bahwa pada bangunan kantor, semua penghuninya adalah orang dewasa yang hanya akan bekerja beberapa jam di dalam ruangan, sedangkan apartemen dan rumah susun yang mereka rancang akan ditempati oleh berbagai golongan usia sepanjang hari. “Menerapkan metode perancangan kantor pada apartemen dan rumah
susun merupakan kesalahan besar,” kata Nangkula Utaberta salah satu peneliti kajian bangunan pada seminar bangunan di Jakarta beberapa waktu lalu.
 
Menurut Uta, pada kantor bertingkat, orang tidak akan sering membuka jendela karena kesibukan bekerja. Disamping itu, biasanya mereka juga harus menjaga suhu ruangan tempat mereka kerja yang ber-AC. Berbeda dengan apartemen dan rumah susun. Disini orang harus keluar dan menyapa tetangganya, anak-anak mereka memerlukan tempat bermain, sang ibu mungkin perlu melihat keluar kalau-kalau ada penjual sayur yang lewat dan seribu satu aktivitas berbeda lainnya. “Hal inilah yang seharusnya menjadi pertimbangan untuk menerapkan sebuah bentuk,” ujar Uta.
Resistensi Perumahan.

Hal yang sama juga terjadi pada perumahan kita. Metode penyusunan rumah dan penempatan jalan yang digunakan memungkinkan terjadinya sebuah kecelakaan yang berjarak hanya beberapa meter dari rumah. Kita sering mendapati kecelakaan-di kompleks perumahan bahkan yang mewah -berupa ditabraknya anak kecil ketika bermain di depan rumahnya. Hal inilah yang kemudian memaksa orang tua harus merelakan anaknya main game seharian di rumah demi mencegah dari bahaya yang ada di depan rumahnya. “Secara psikologis hal ini akan memberi dampak negatif bagi perkembangan mental dan perilaku anak” 

Dilihat secara umum metode yang digunakan pada perancangan perumahan –mulai perumahan sangat sederhana hingga perumahan mewah-, menerapkan metode grid dalam penyusunan rumah dan jalan.

Metode ini selain mudah diterapkan, juga dapat mengoptimalkan pembangunan dari kesalahan yang sama dilakukan. ldquo;Arsitek dan pengembang melupakan aspek utama dalam perancangannya. Mereka melupakan analisa terhadap pihak yang akan menggunakan produk mereka,” jelas Uta.
 
Uta mengatakan bahwa metode grid memaksa kendaraan masuk ke dalam sela-sela bangunan dan mengakibatkan mobil lalu-lalang dengan kecepatan tinggi di depan bangunan. Hal ini justru menjadi masalah serius pada banyak perumahan mewah yang jalan di depan rumahnya begitu lebar, sementara di perumahan yang lebih sederhana justru tidak terlalu menimbukan masalah karena jalannya relatif sempit. Hal inilah yang kemudian menyebabkan orang berlomba-lomba membangun polisi tidur di depan rumahnya. Hal ini tentu akan menyadarkan arsitek dan pengembang bahwa ada yang salah pada perancangan rumahnya. Perancangan rumah yang menggunakan metode cluster (pengelompokan) dirasa lebih menjamin kemanan penghuninya. Jadi, siapkah Anda untuk menjaga kemanan dan keselamatan perumahan?

No comments:

Post a Comment